Sejarah Singkat Sunan Ampel (Wali Songo)
Monday, 23 April 2018
Edit
Beliau adalah putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi.
Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama
bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian
dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).
Beberapa versi
menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid
Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di
Palembang.
Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah
Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari
Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit
beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah
dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai
beberapa putera dan puteri. Di antaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan
Bonang dan Sunan Drajat.
Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota
Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam
pertama di Jawa itu.
Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari
Prabu Brawijaya V Raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475
M.
Di Ampel Denta yang
berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun dan
mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya.
Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang
sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara.
Di antara para
santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian
disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut
fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran
sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.
Dia-lah yang
mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh
madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak
mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina."
Sunan Ampel diperkirakan
wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel,
Surabaya.